Seberapa sering kamu membeli sebuah produk setelah menjadi ‘korban’ persuasi iklan? Iklan yang berhasil membuat goyah itu, layak banget diapresiasi. Kenapa? Sebab mereka berhasil mencapai tujuan untuk menggerakkan konsumen, yaitu kamu. Dalam dunia marketing, banyak variasi model strategi yang digunakan untuk menunjang keberhasilan pembuatan suatu iklan. Apalagi di zaman internet of things seperti saat ini. Media iklan yang tidak terbatas, membuat konsumen semakin kritis dalam menyikapi sebuah iklan. Nah, dalam artikel ini mari berkenalan dengan salah satu model strategi iklan yakni AIDA. Apa sih sebenarnya AIDA itu? Sebelum penasaran, berikut ulasannya!
AIDA (Awareness, Interest, Desire, Action)
Model AIDA adalah strategi marketing, yang digunakan ‘pengiklan’ sebagai panutan untuk menggambarkan proses yang dialami oleh seorang ‘individu’ hingga akhirnya menjadi ‘konsumen’.
AIDA adalah singkatan dari:
Awareness = Kesadaran
Tahap awal adalah menciptakan kesadaran akan produk, atau yang biasa kita kenal dengan brand awareness. Tahap ini bisa dibilang krusial, karena sangat menentukan untuk bisa lanjut ke tahap berikutnya. Iklan yang dibuat untuk menciptakan kesadaran produk biasanya akan cenderung menarik perhatian dan dilakukan berulang-ulang. Tidak jarang juga, pengiklan juga menggunakan cara unik serta provokatif agar bisa berhasil menciptakan kesadaran produk di mata konsumen.
Baca Juga: 4 Mindset yang Dibutuhkan oleh Copywriter
Interest = Ketertarikan
Tahap kedua adalah ketertarikan. Setelah tercipta kesadaran produk di mata konsumen, saatnya mengubah ketertarikan konsumen supaya tidak hanya melirik, tapi memberi perhatian penuh kepada produk yang ada dalam iklan. Untuk mendapatkan ketertarikan penuh dari konsumen, sebuah iklan harus lebih memaparkan lebih jauh tentang produk yang ditawarkan. Di tahap ini juga, waktu yang tepat bagi sebuah brand untuk mulai membangun hubungan baik dengan konsumen mereka.
Desire = Hasrat/keinginan
Tahap ini adalah penentuan apakah konsumen akhirnya akan melakukan tahap action (membeli produk), atau justru malah berbalik memilih produk lain. Sebenarnya, tahap desire ini hampir sama dengan tahap interest, namun lebih mendalam.
Jika pada tahap sebelumnya sebuah brand masih mulai membangun hubungan dengan konsumen. Maka untuk menciptakan sebuah hasrat pada konsumen, hubungan yang terjalin harus sudah lebih dalam dari sebelumnya. Ketertarikan disulap menjadi kebutuhan. Keraguan konsumen akan brand juga harus dijawab dengan cermat supaya konsumen tidak membalikkan badannya kepada kompetitor.
Baca Juga: Ini Cara Evaluasi Hasil SEO dengan Google Webmaster Tools
Action = Aksi
Pertanda sebuah iklan berhasil adalah tentu saja produk yang ditawarkan laku, alias mampu menarik konsumen memutuskan untuk membeli. Tindakan yang dilaksanakan dalam tahap ini lebih kepada meyakinkan konsumen untuk meneguhkan hatinya supaya terikat dengan produk maupun brand.
Tahap aksi tidak selalu membeli ya. Walaupun pertanda iklan berhasil adalah pembelian. Namun, aksi yang ditunjukkan konsumen tidak selalu berakhir membeli. Di era digital seperti sekarang, konsumen sudah dianggap melakukan tahap aksi jika mereka sudah aktif mengunjungi website ataupun bertanya melalui laman yang disediakan. Artinya mereka sudah benar-benar tertarik dan memikirkan pembelian sebagai salah satu opsi yang siap diambil.
Salam,
Digitizers