Saat ini storytelling digadang-gadang sebagai metode yang ampuh dalam memasarkan produk di era digital. Sebelumnya bisnis hanya dikelola secara traditional yang berfokus pada permasalahan teknis seperti harga, marketing, iklan, dan aspek lainnya.
Beberapa tahun terakhir ini, bisnis dituntut untuk terapkan budaya customer centric, yakni pelanggan merupakan aspek utama dalam berbisnis. Salah satu aspek yang dapat menarik pelanggan adalah aspek emosi dan kejiwaan. Bagaimana bisa? Ambil saja contoh dalam penerapan psikologi harga. Pelanggan akan senang saat membayar Rp19.990,- dibandingkan Rp20.000,- karena angka 19 terlihat lebih murah dibanding 20. Strategi ini sederhana, yakni meyakinkan pelanggan jika harga produk atau bisnis yang Anda punya jauh lebih murah dibanding kompetitor lain.
Persaingan bisnis semakin ketat. Para pemiliki bisnis dituntut agar bisa memenangkan segmen pasar. Untuk memenangkannya, pelaku bisnis wajib membuat konsumen lebih terlibat yaitu dengan storytelling yang baik. Bagaimana membuat storytelling yang baik untuk bisnis Anda? Berikut informasinya.
Baca Juga: Menyusun Strategi Pemasaran Untuk Startup Pemula
Gunakan Nama Bisnis yang Cocok
Nama bisnis adalah identitas bagi bisnis Anda. Pilih dan temukan nama yang mudah untuk diucapkan dan diingat oleh calon pelanggan Anda. Selain itu, nama bisnis harus menggambarkan bisnis yang Anda miliki. Hindari nama yang rumit dan tidak menjelaskan citra bisnis Anda.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah ketersediaan domain. Jika nama domain yang Anda inginkan tidak tersedia, tak perlu terburu-buru untuk menggantinya. Saat ini domain website sudah tak terbatas pada .id dan .com saja. Banyak pilihan ekstensi domain lain seperti .store, .tech, .space, dan lain-lain. Ekstensi alamat tersebut dalam membantu Anda lebih kreatif untuk membantu konten cerita.
Pilih Gaya Bercerita yang Menarik
Tak mudah untuk memulai bercerita mengenai bisnis. Anda bisa memulainya dengan kisah awal perjalanan bisnis. Pelanggan akan Anda ajak untuk mengetahui perkembangan bisnis Anda. Ceritakan pula tentang tujuan dan hal apa saja yang sudah dan sedang bisnis Anda kerjakan. Biarkan pelanggan menilai serta menceritakan ulang.
Selain itu, fakta bukanlah satu-satunya yang pelanggan ingin dengar, namun bagaimana Anda mengolah fakta itu dengan cerita yang apik. Anda juga dapat menggunakan fitur “Tentang Kami” pada website Anda. Storytelling tak hanya sebatas teks saja, Anda bisa menyampaikannya dengan ilustrasi, video, foto, atau infografik.
Baca Juga: Kesalahpahaman SEO Pada Pebisnis Online
Terlepas dari perihal bisnis Anda yang menjual baju gamis atau jasa perbaikan komputer, tambahkan unsur personal untuk menyampaikan kisah Anda. Mau bagaimana pun aset terbesar Anda adalah pelanggan. Sampaikan cerita dengan menggunakan gaya cerita dan bahasa yang pas untuk pelanggan Anda.
Gaya bercerita yang pas merupakan salah satu cara agar pelanggan turut andil dalam melanjutkan storytelling tersebut. Maka upaya melakukan storytelling tersebut dianggap berjalan dengan baik.
Buat Pelanggan Puas
Apakah Anda masih mengingat kisah sepatu dari Zappos? Yup, perusahaan yang kini telah diakuisisi oleh Amazon pada Juli 2009 ini memiliki kisah yang viral di dunia maya. Salah satu pelanggan Zappos.com yang puas dengan pelayanan Zappos menuliskan sebuah review mengenai sepatu yang ia pesan tak kunjung datang. Ia panik dan melaporkannya kepada pihak Zappos. Dengan sigap, Zappos menggantinya tepat waktu sekaligus memberi kartu VIP Pelanggan.
Tak harus berhenti di Zappos, Anda bisa melakukan hal yang sama. Anda hanya perlu membuat pelanggan Anda puas dan mereka dengan sukarela akan melakukan storytelling tentang bisnis Anda tanpa diminta sekalipun.